Niat Puasa Syawal, Tata Cara Mengerjakan Hingga Keutamaan!

Salah satu puasa sunnah yang sangat dianjurkan atau sunnah muakkadah dikerjakan bagi umat Islam adalah Puasa Syawal. Banyak orang menjalani sunnah muakkadah ini setelah melaksanakan kewajiban puasa 30 hari di bulan Ramadhan, namun bagaimana niat puasa syawal dan tata cara melakukannya?

Puasa Syawal sangat dianjurkan untuk dikerjakan bagi umat Islam, mengingat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam selalu mengerjakan puasa ini. Itulah salah satu alasan mengapa puasa syawal sangat dianjurkan bagi semua umat Islam di dunia.

Daftar Isi

Niat Puasa Syawal

Puasa Syawal merupakan puasa sunnah muakkadah atau puasa yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan selama enam hari. Puasa ini dikerjakan pada bulan syawal setelah ramadhan, salah satu keutamaan orang yang berpuasa di bulan syawal adalah akan mendapat pahala seperti orang yang berpuasa setahun penuh.

Puasa Syawal dikerjakan setelah Hari Raya Idul Fitri dan tidak boleh dikerjakan pada hari raya tersebut, ini merupakan tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab. Puasa selama enam hari ini dapat dilakukan secara berurutan atau pun tidak berurutan.

Akan tetapi, alangkah baiknya puasa syawal dikerjakan secara berurutan yaitu selama enam hari berturut-turut. Apabila Anda ingin melaksanakan puasa sunnah syawal 6 hari secara berurutan maka pada tanggal 2, 3, 4, 5, 6 dan 7. Sementara itu, untuk niat puasa syawal bagi yang ingin melaksanakan adalah sebagai berikut.

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ سِتَةٍ مِنْ شَوَالٍ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَال

Nawaitu shouma ghodin ‘ansittatin syawaali sunnatan lillahi ta’alaa

Artinya adalah Saya niat puasa Syawal karena Allah Ta’ala. Hukum puasa syawal adalah sunnah muakkadah, yakni sunnah yang sangat dianjurkan, sesuai dengan sabda  Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, sebagai berikut.

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun” (HR. Muslim)

Meski demikian, semua lama sepakat bahwa niat puasa syawal ini tempatnya berada di hati. Niat tidak harus dilafadzkan karena melafadzkan niat bukanlah syarat. Madzhab Maliki menyebut yang terbaik adalah tidak melafadzkan niat karena tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menjelaskan bahwa niat merupakan pekerjaan hati dan tidak ada sangkut pautnya dengan lisan. Seperti seseorang yang makan sahur dengan maksud akan puasa syawal, hal itu menunjukkan bahwa ia berarti telah berniat untuk melaksanakan puasa syawal.

Bahkan, apabila seandainya seseorang tersebut tidak makan sahur kemudian pada pagi hari ia bermaksud untuk melaksanakan puasa syawal maka hal tersebut juga termasuk merupakan niat puasa syawal.

Sementara itu, Syaikh Wahbah Az Zuhaili juga menjelaskan menurut jumhur ulama yang sepakat mensunnahkan untuk melafadzkan niat dalam rangka membantu hati menunjukkan niat untuk berpuasa, terlebih puasa syawal.

Waktu Puasa Syawal

Kembali pada waktu puasa syawal, puasa ini dilaksanakan selama enam hari pada bulan Syawal, mulai tanggal 2 syawal yakni sehari setelah merayakan hari raya idul fitri, sementara bagi umat muslim diharamkan untuk berpuasa pada hari raya tersebut.

Sayyid Sabiq daam Fiqih Sunnah menjelaskan pendapat Imam Ahmad bahwa puasa syawal boleh dilakukan secara berurutan dan boleh pula secara tidak berurutan. Ia menegaskan bahwa tidaklah yang berurutan lebih utama daripada yang tidak berurutan yang penting niat puasa syawal.

Sementara itu, terdapat pula pandangan yang menyebut puasa syawal dilakukan secara berurutan lebih utama ketimbang yang tidak berurutan menurut madzhab Syafi’i dan Hanafi, puasa syawal utamanya dilakukan secara berurutan sejak tanggal 2 hingga tanggal 7 syawal.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dala, Fiqih Islam wa Addilatuhu menyebut puasa enam hari pada bulan syawal boleh dikerjakan secara terpisah, namun akan lebih baik jika dilaksanakan secara berurutan dan langsung setelah hari raya (pada tanggal 2 – 7 syawal), karena hal tersebut dianggap menyegerakan ibadah.

Baca Juga :  15 Penyebab Leukosit Tinggi pada Tubuh

Tidak ada madzhab yang tidak memperbolehkan puasa di hari lain selain pada tanggal 2 hingga 7 syawal. Yang paling penting untuk diketahui adalah puasa ini dikerjakan pada hari yang masih masuk bulan syawal. Meski demikian, hendaknya tidak berpuasa di hari Jum’at tanpa mengiringinya dengan puasa di hari Kamis atau Sabtu.

Tata Cara Puasa Syawal

Tata Cara Puasa Syawal
pixabay.com

Puasa merupakan salah satu ibadah yang paling utama bagi umat Islam, selain puasa Ramadan, puasa sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan adalah puasa syawal. Puasa syawal dilaksanakan selama enam hari, keutamaan puasa syawal ini diibaratkan seperti melaksanakan puasa selama satu tahun penuh.

Meski demikian, melaksanakan puasa syawal bukan berarti tanpa tuntunan dan tata cara. Layaknya puasa ramadhan, puasa syawal juga punya aturan sendiri yang harus ditaati bagi umat Islam yang melaksanakannya seperti niat puasa syawal. Berikut tata cara melaksanakan puasa syawal.

1. Dilakukan Selama 6 Hari

Puasa syawal dilakukan selama 6 hari, syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin berkata ‘ Yang disunnahkan adalah berpuasa enam hari di bulan syawal,” (Syahrul Mumti’ 6:464). Menurut al-Shan’ani dan beberapa ulama lainnya, puasa syawal boleh dilakukan secara berturut-turut ataupun secara terpisah.

Alasan boleh dilakukan secara terpisah dan secara berurutan karena tidak ada dalil yang menegaskan tentang cara pelaksanaannya secara rinci. Sementara itu, Imam al-Nawawi menganjurkan puasa syawal baiknya dilakukan di awal bulan menurut pada ulama, langsung dilaksanakan setelah hari raya Idul Fitri.

2. Diutamakan Dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri

Niat puasa syawal baiknya dilaksanakan di awal bulan syawal yakni sehari setelah hari raya idul fitri, meski demikian tak mengapa jika puasa dilaksanakan pada akhir bulan syawal, asalkan masih di dalam bulan tersebut. Hal ini juga dikuatkan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimmahullah.

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimmahullah berkata bahwa “Para fuqoha berkata bahwa yang lebih utama, enam hari di atas dilakukan setelah Idul Fitri yakni  Syawal secara langsung, ini menunjukkan bersegera dalam melakukan kebaikan,” (Syarhul Mumti’, 6: 465).

3. Diutamakan Dilaksanakan Secara Berurutan

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin berkata bahwa “Lebih utama puasa syawal dilakukan secara berurutan karena itulah yang umumnya lebih mudah. Itu pun merupakan sebuah tanda berlomba-lomba dalam hal yang diperintahkan,”. Selain itu, melaksanakan puasa syawal dengan berurutan juga merupakan cara menghindari ketika seseorang lupa menunaikan sunnah muakaddah ini.

4. Tunaikan Qodlo Agar Mendapat Ganjaran Puasa Syawal

Dari Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata “Siapa yang mempunyai kewajiban qodlo puasa Ramadhan, hendaklah ia memulai puasa qodlo nya di bulan syawal. Hal ini akan membuat kewajiban seseorang muslim menjadi gugur. Bahkan puasa qodlo itu lebih utama dari puasa enam hari syawal,” (Lathoiful Ma’arif, hal. 391).

5. Boleh Dilaksanakan pada Hari Jum’at dan Sabtu

Imam Nawawi rahimahullah mengungkapkan bahwa ulama syafi’iyah berpendapat dimakruhkan berpuasa pada hari Jum’at secara bersendirian. Tetapi, jika diikuti puasa sebelum atau sesudahnya atau bertepatan dengan kebiasaan puasa seperti berpuasa nadzar karena sembuh dari sakit dan bertepatan dengan hari Jum’at makan tidaklah makruh.

Kemudian, niat puasa syawal di hari Sabtu juga masih diperbolehkan sebagaimana puasa yang lainnya, alasannya adalah jika melakukan puasa Arafah pada hari Sabtu, ada fatwa dari Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia terhadap hal tersebut.

Keutamaan Puasa Syawal

Puasa enam hari pada bulan syawal usai puasa wajib bulan ramadhan merupakan amalan sunnah muakkadah yang sangat dianjurkan meski bukan wajib. Banyak sekali keutamaan dan pahala besar yang didapat umat Islam ketika mereka niat puasa syawal.

Baca Juga :  Niat Sholat Dhuha dan Keutamaan Lengkap Beserta Bacaan Doa

Barangsiapa yang mengerjakan puasa ini niscaya dituliskan baginya puasa satu tahun penuh (jika telah berpuasa pada bulan ramadhan). Sebagaimana telah diriwayatkan dalam sebuah hadits shahih dari Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda.

Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan lalu diiringinya dengan puasa enam hari bulan Syawal, berarti ia telah berpuasa setahun penuh.” (H.R Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam juga menjabarkan lewat sabda beliau yang menyebut jika seseorang berpuasa enam hari setelah ramadhan maka ia telah menyempurnakan puasa setahun penuh, kebaikannya pun akan diganjar sepuluh kali lipat.

Haruskah Qadla Puasa Ramadhan Dahulu?

Haruskah Qadla Puasa Ramadhan Dahulu?
pixabay.com

Terdapat dua pendapat, Madhzab Hambali menyebut tidak boleh melakukan puasa sunnah sebelum qadla puasa ramadhan, yang wajib harus didahulukan ketimbang yang sunnah. Qadla puasa ramadhan harus diselesaikan dahulu baru menjalankan puasa sunnah.

Ibnu Rajab menambahkan meskipun niat puasa syawal boleh dilaksanakan sebelum qadla puasa ramadhan diselesaikan, keutamaan seperti puasa setahun penuh tidak didapatkan sesuai dengan yang diriwayatkan dalam hadist.

Dalam hadist (H.R Muslim) telah disebutkan bahwa berusaha menyelesaikan puasa ramadhan dahulu baru kemudian mengikuti puasa sunnah 6 hari. Keutamaan seperti itu untuk orang yang “tsumma atba’ahu” dengan puasa enam hari di bulan syawal.

Sementara orang yang belum qadla puasa ramadhan belum bisa dikatakan telah berpuasa ramadhan. Jumhur ulama menyebut, boleh puasa sunnah enam hari sebelum qadla puasa ramadhan. Untuk keutamaan, sebagian ulama berpendapat seseorang bisa mendapatkan keutamaan meski belum selesai qadla puasa ramadhan.

Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Allah telah melipatgandakan setiap kebaikan menjadi sepuluh kali lipat, puasa ramadhan setara dengan berpuasa sebanyak sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari menggenapkannya menjadi satu tahun.

Salah satu faedah terpenting dari pelaksanaan niat puasa syawal pada bulan syawal adalah mampu menutupi kekurangan puasa wajib pada bulan ramadhan. Sebab puasa yang dilakukan pada bulan yang penuh hikmah tersebut tak lepas dari kekurangan atau dosa yang dapat mengurangi keutamaan nya.

Pada hari akhir atau kiamat nanti akan diambil pahala puasa sunnah yang dilaksanakan oleh umat Islam untuk menutupi kekurangan puasa wajib. Hal ini juga ditegaskan oleh  Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dalam sabdanya dengan mencontohkan amal ibadah pertama kali dihisab pada hari akhir atau kiamat.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan amal ibadah pertama kali yang dihisab pada hari kiamat adalah sholat, namun apabila sholat seseorang tersebut kurang maksimal atau sempurna maka dapat ditutup dengan sholat sunnah yang ia kerjakan.

Begitu pula dengan amal ibadah lainnya, tentu saja ibadah berpuasa. Jika seseorang melaksanakan puasa wajib tetapi masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya, maka puasa sunnah dapat diambil sebagai penutup kekurangan puasa wajib tersebut, salah satu contohnya adalah niat puasa syawal yang tidak lain puasa sunnah muakkadah.

Di antara hujjahnya, orang yang terhalang beberapa hari puasa ramadhan karena haid, ia tetap bisa disebut berpuasa ramadhan. Puasa syawal juga telah ditentukan waktunya yang terbatas, karena hanya dapat dilaksanakan pada bulan tersebut, sementara qadla ramadhan tidak hanya berbatas di bulan syawal.

Umat Islam mampu mencari yang terbaik pada dua pendapat tersebut, atau memilih menqadla puasa ramadhan terlebih dahulu lalu mengerjakan niat puasa syawal sehingga keutamaan puasa enam hari setelah puasa ramadhan ini tercapai.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.