Membuat Film Pendek – Ini adalah pengalaman pribadi saya, ketika pertama kalinya membuat film pendek. Film ini berjudul Story yang artinya Solo to Paris, bercerita tentang perjalanan seorang pemuda kampung yang berasal dari Solo yang mempunyai cita-cita untuk pergi dan belajar di Paris, Prancis.
Film ini saya buat bersama teman-teman satu kelompok, ketika saya sedang belajar di Kampung Inggris Pare, Kediri. Tujuan dari pembuatan film adalah sebagai tugas bulanan yang diberikan oleh mentor di sekolah bahasa Inggris TEST.
Hal ini sudah menjadi peraturan di TEST, bahwa setiap bulan atau lebih tepatnya ketika akan berakhirnya program kursus 1 bulan, maka setiap kelompok harus membuat sebuah film yang selanjutnya akan ditampilkan di acara farewell party atau pesta perpisahan.
Daftar Isi
Ide Cerita Film
Keesokan harinya setelah diberi tugas membuat film, kami satu kelompok pun membuat janji, untuk berkumpul memikirkan ide cerita film yang akan kami buat bersama-sama. Tapi sayang, waktu itu saya tidak bisa hadir, karena ada sedikit misskom dengan teman-teman satu kelompok.
Pertemuan itu menghasilkan sebuah kesepakatan bersama untuk membuat film yang menceritakan tentang kehidupan seorang murid yang sedang belajar di TEST English School. Pemeran utama dari cerita ini adalah ketua kelompok kami yaitu Mas Hezby yang berasal dari Solo. Naskah dibuat oleh Mas Fajri dan Mas Sudiro, kemudian sebagai sutradara adalah Mas Sudiro.
Di hari Selanjutnya dibahas lagi tentang alur cerita secara detail. Secara umum, film ini akan menceritakan tentang perjuangan seorang pemuda Solo yang bersekolah di TEST dengan tujuan agar bisa lancar bahasa Inggris sehingga bisa melanjutkan sekolah di kota dengan kota paling romantis yaitu Paris.
Tidak hanya melulu tentang semangat belajar kuat saja yang ingin ditunjukkan dalam film ini, tetapi juga dibumbui dengan sebuah intrik tentang persahabatan dan pengkhianatan. Wuiiss, menarik bukan? Tentu, karena kami berharap agar film ini juga dapat menjadi hiburan untuk melepas penat karena lelah belajar bahasa Inggris setiap harinya.
Pembuatan Naskah dan Persiapan Syuting
Setelah garis besar dari cerita ini selesai dibuat, selanjutnya kami mendiskusikan tentang adegan-adegan yang akan kami tampilkan dalam film. Kami ingin menampilkan keluguan dan betapa katroknya tokoh utama serta juga ingin menambahkan sedikit unsur komedi sebagai hiburan tambahan.
Diceritakan juga tentang pertemanan yang terjalin antara tokoh utama dengan teman sekamarnya yang datang dari Jakarta. Sifatnya merupakan kebalikan dari tokoh utama, sang teman yang diperankan oleh Mas Irfan ini merupakan orang kota yang gaul, percaya dirinya tinggi, dan agak sombong.
Ada juga adegan dimana si Hezby jatuh cinta seorang perempuan yang tidak sengaja ditemuinya ketika sedang putus asa, diperankan oleh Mbak Nungky. Diceritakan bahwa si Hezby yang belum bisa bahasa Inggris mengalami kesulitan dan putus asa belajar bahasa Inggris, sehingga dia memutuskan untuk pulang ke Solo.
Namun ketika tiba di Stasiun, tanpa sengaja dia mendengar percakapan dua orang perempuan yang kembali membuatnya bersemangat belajar bahasa Inggris. Salah satu perempuan itu adalah Nungky, dia mengatakan bahwa dirinya ingin belajar bahasa Inggris dan ingin pergi ke Paris. Mendengar hal itu Hezby menjadi teringat kembali tentang impiannya untuk pergi ke Paris dan memutuskan untuk kembali belajar bahasa Inggris lagi.
Selain naskah, kami juga mempersiapkan segala properti yang akan dibutuhkan dalam proses pembuatan film. Kami juga membagi peran kami masing-masing untuk bisa bermain di dalam film Story. Adapun peralatannya, kami menyiapkan serbuk gabus yang nantinya akan digunakan sebagai salju dan juga jaket agar suasana tampak seperti musim dingin di Paris.
Saya sendiri mendapat bagian peran sebagai Monsieur (julukan pengajar laki-laki di TEST) yang membantu proses pendaftaran Hezby ketika baru datang di TEST. Saya juga berperan sebagai petugas stasiun yang menerima tiket kereta api pada saat adegan di Stasiun.
Proses Pengambilan Gambar
Seperti yang saya ceritakan diawal, film ini bercerita tentang kehidupan belajar seorang siswa di TEST. Jadi, kebanyakan adegan diambil di area TEST English School. Namun juga ada adegan di Stasiun dan di Paris, yang semuanya akan diambil di tempat wisata yang menjadi ikon kota Kediri, yaitu Simpang Lima Gumul.
Pengambilan Gambar di Area Asrama dan Tempat Belajar
Ada banyak adegan yang diambil di sekitar area asrama dan tempat belajar. Terdapat adegan dimana tokoh utama yaitu Hezby sedang menuju TEST dengan menggunakan becak. Adegan ini kami ambil dengan menyewa becak untuk keperluan syuting dan berlokasi di Jalan Brawijaya yaitu jalan raya yang mengarah ke lembaga kursus tempat kami belajar.
Ada juga adegan yang diambil di kamar asrama, yang menampilkan awal perjumpaan Hezby dan Irfan. Kebanyakan adegan yang kami ambil di area TEST adalah adegan ketika sedang berlangsungnya proses belajar mengajar di ruang belajar.
Pada saat adegan belajar kami membuat situasi dimana Hezby mengalami kesulitan karena tidak mampu mengikuti dan memahami pelajaran. Hal ini dikarenakan kami ingin membuat sebuah gambaran bahwa siapa saja bisa belajar bahasa Inggris jika mau berusaha. Bahkan, bagi orang yang belum pernah sama sekali belajar bahasa Inggris sebelumnya.
Pengambilan Gambar di Tempat Wisata Simpang Lima Gumul, Kediri
Ada beberapa adegan yang mengharuskan kita mengambil gambar di tempat wisata Simpang Lima Gumul. Tempat wisata ini berbentuk seperti monumen Arc de Triomphe di Paris, inilah alasan mengapa kami ingin mengambil gambar di tempat itu. Kami ingin menampilkan adegan dimana Hezby telah berhasil mengapai cita-citanya dan tiba di Paris.
Kami berangkat ke gumul pada hari Minggu pada jam 13.00 WIB. Pada hari ini tidak ada kegiatan belajar mengajar sehingga kami bisa meminta izin untuk keluar asrama untuk mengambil gambar. Perjalanan menuju lokasi kami tempuh menggunakan mobil, kira-kira butuh waktu 30 menit untuk sampai di tempat tujuan.
Setibanya disana kami mencari lokasi yang agak sepi dengan orang agar bisa melakukan proses pengambilan gambar. Maklum, Simpang Lima Gumul tidak pernah sepi pengunjung. Kami mulai dengan pengambilan gambar pada adegan disaat Hezby baru saja tiba di Paris dan sedang jalan-jalan di Arc de Triomphe.
Kemudian Hezby bertemu dengan Nungky di Paris, tetapi dia malah patah hati, karena ternyata Nungky sedang jalan berduan bersama dengan Irfan yang dahulu merupakan teman sekamarnya ketika di TEST.
Untuk adegan di stasiun kami ambil di lorong jalan menuju Simpang Lima Gumul. Akhirnya selesailah semua proses pengambilan gambar yang kami lakukan di Gumul dan akhirnya kami bersiap untuk meluncur kembali ke TEST.
Makan-makan
Sebelum pulang ke TEST, kami memutuskan untuk makan-makan dulu di restoran Kayu Manis. Awalnya kami sempat bingung untuk memutuskan makan di Kayu Manis atau di Bebek Goreng H. Slamet, tapi kami akhirnya memilih di Resto Kayu Manis karena tempatnya yang lebih nyaman, meskipun kayaknya agak sedikit mahal.
Selesai makan kami langsung meluncur pulang, kembali ke tempat kursus, karena sebelumnya kami meminta izin untuk keluar asrama hanya sampai jam 17.30 WIB.
Proses Editing
Setelah pengambilan gambar, esok harinya Mas Sudiro melakukan proses editing film, menggabungkan setiap adegan yang telah direkam secara terpisah. Saya juga ikut membantu dengan membantu mencarikan video yang menggambarkan suasana bandara di Paris. Hezby juga membantu mencari lagu yang akan digunakan sebagai backsound dalam setiap adegan.
Proses editing berjalan cukup lama, kami mulai pagi 09.00 hingga jam 01.00 dini hari. Saya hanya membantu sebentar dari habis isya. Karena lelah akhirnya kami memutuskan beristirahat dan melanjutkan esok hari. Pagi-pagi Mas Sudiro sudah siaga di depan laptop untuk melakukan editing hingga hampir tiba waktu penayangan film. Rencananya film akan diputar pukul 20.00 WIB.
Kami harap-harap cemas karena kami baru saja selesai editing dan masih butuh waktu untuk proses rendering. Rendering merupakan proses akhir dimana komputer secara otomatis menggabungkan secara keseluruhan adegan-adegan film yang kami susun dan buat.
Waktu Penayangan
Akhirnya tibalah waktu penayangan. Namun sangat disesalkan film kami belum bisa diputar karena masih dalam proses rendering. Hufft, tidak apalah yang penting kita sudah berusaha dan pengalaman membuat film ini akan jadi sebuah pelajaran yang berharga untuk diingat.
Karena dalam setiap proses pembuatan film ini, menjadikan kami semakin mengenal teman-teman satu kelompok dan yang perlu diingat adalah bahwa tidak ada sebuah perjuangan yang sia-sia. Pasti ada hikmah dibalik semuanya. Setelah acara penayangan film dan farewell selesai, kelompok saya memutuskan untuk menonton sendiri film yang telah kami buat.
Ya, lumayanlah untuk sedikit mengobati kekecewaan karena tidak bisa menayangkan film tepat pada waktunya dan mengingat hasil film yang kami kerjakan sudah cukup memuaskan. Meskipun masih ada beberapa hal yang kurang bagus, karena terlalu terburu-buru dalam proses editing-nya. 🙂